Senin, 12 Agustus 2013

Tuhan dan Air

Selama 14 tahun aku tinggal bersama bapak dan ibuk dan kemudian ketiga adikku di sebuah desa di kaki gunung Merapi. Walaupun tinggal di gunung, bukan berarti aku bisa mendapatkan air yang melimpah. Dari dulu permasalahannya adalah air. Tekadang itu yang membuatku "sedikit" tidak betah di sana. Sebenernya rumah itu sudah ada sumurnya. Sayang, sumur itu tidak bisa mengeluarkan air karena ternyata mata air tertutup batu yang super besar. jadi dengan terpaksa sumur ditutup. Sempat ada program pengaliran air. Sepertinya itu diadakan oleh pemkab Sleman. Air melimpah ruah. Sayangnya.. lagi-lagi program hanya tinggal program. Setelah aku masuk SMA dan bapak meninggal, ibu dan ketiga adikku meminta air pada polsek dekat rumah yang dihubungkan juga dengan kelurahan. Syukurlah, keperluan air terpenuhi walaupun air tersebut hanya bisa digunakan untuk memasak dan mandi. Beberapa waktu yang lalu ibuk membuat sumur di belakang rumah. Aku seneng, akhirnya bisa punya sumur. Kedalaman sumur sekitar 8 meter saja sudah ada air yang keluar. Tapi pada kira-kira sebulan yang lalu tepatnya pada bulan Juli 2013 secara tiba-tiba air tidak lagi keluar dan padahal pas itu sebenarnya adalah musim penghujan. Kalau di tempat eyang, air tidak pernah habis. PDAM di kota Jogja bagus, walau terkadang bithek atau berbau kaporit.

Coba tebak, apa yang aku lakukan??

Aku yakin, Tuhan itu tahu semua yang dibutuhkan anak-anaknya. Aku punya air dari Ganjuran segendul. Aku tidak ambil semua. Aku hanya ambil sebotol air mineral. Lalu langsung aku bawa ke rumah ibuk. Aku yakin, air itu sumber kehidupan, air itu hidup dan bisa mendengarkan doaku. Aku minta pada Tuhan untuk bisa membuat sumur itu kembali mengeluarkan air agar bisa membuat kami hidup. Salam Maria 9 kali.. lalu dengan penuh keyakinan aku menuangkan air sebotol dari Ganjuran itu ke dalam sumur. Tanpa sepengetahuan ibu.

Lalu, apakah yang terjadi??

Libur lebaran tertanggal 10 Agustus 2013. Aku masih belum ngeh tentang sumur. Baru ngeh ketika adikku, Herna, mencuci piring. Speechless.. 

SUMURNYA KELUAR AIR ! ! !

Padahal saat itu tidak ada hujan dan memang bukan musim penghujan.. Airnya seger banget. Syukur kepada Allah. Tuhan itu Maha Baik.. dan aku ceritakan ini semua ke eyang. Eyang ngendika, " Ya ampun, kui mukjijat tenan, Ya "

Ini bukan bermaksud pamer, tapi aku bahagia ternyata doaku di dengar. Padahal kemarin akubertanya sama eyang. "Yang, kenapa sebelum ujian, dalam masa penantian kudu sembahyang?" lalu jawab eyang, "Yo biar pede, tenang, lan ora grusa-grusu" dan dengan kejadian ini aku tahu, kenapa aku harus sembahyang. Terimakasih Bapa, memberiku jawaban atas doa dan pertanyaanku secara tersirat. 

Mungkin di antara kalian berpikir bahwa "ngapain sih apa yang kamu lakukan dan kamu alami harus ngasih tau orang? apa kamu pengen dapet penghargaan?" 

kalo aku sih engga.. bukan itu maksudku. mungkin karena aku tidak punya teman. semua temanku sedang liburan, dan aku ga punya temen semenjak aku dan mereka saling sibuk dengan urusan masing-masing. aku juga engga punya genk. sahabat atau apapun itu pun jauh. Nely dan Mia. mereka tidak ada di sisiku. Sahabatku hanyalah blog ini dan media sosial lainnya. Toh aku tidak mengganggumu. Aku hanya meluapkan apa yang ada di pikiran dan hatiku. apalagi dalam ceritaku kali ini aku menyebarkan kabar gembira. So, jangan meng-judge aku itu butuh penghargaan. 


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sipzt May,,,Tuhan memberkatimu dan mendengarkan doamu

_nLy_

maya mengatakan...

waaaww iki mesti mbak nely ki mesti